Sadar sebagai pewaris Perusahaan  Ottobus Muncul, Rudy yang baru lulus dari kampus Universitas Tri Sakti tahun 1988 silam, rela kembali ke rumahnya di kota Solo. Ia meneruskan usaha yang didirikan oleh orang tuanya. Saat itu PO. Muncul bukan sembarang perusahaan transportasi, angkutan penumpang yang dikelola perusahaan keluarga itu sudah mempelopori layanan Cepat Terbatas (Patas) untuk rute Jakarta-Wonogiri dan Semarang- Solo.

Bahkan perusahaan yang telah dibangun sejak tahun 1950 itu terus mengibarkan layanan hingga ke pulau Sumatera. “Saya harus bekerja keras, ulet dan jujur. Karena PO Muncul telah mempelopori dalam memberikan layanan Patas,” kata Rudy saat bertandang di kantor cabang Bank Perkreditan Rakyat Weleri Makmur Surakarta, pertengahan April lalu. Sikapnya yang ia sampaikan itu menjadikan Rudy mudah menghadapi karyawan perusahaan yang karakternya beragam, termasuk budaya kerja jalanan sebagai basis bisnis transportasi yang ia kelola. Prinsip kerja keras itu ia buktikan dengan menyerahkan semua waktunya untuk konsentrasi memonitor dan mengelola  secara rinci operasional angkutan setiap hari. “Nyaris tak punya waktu untuk libur,” kata Rudy mengawali cerita menjalankan bisnis transportasi milik keluarganya. Rudy merupakan  putra tunggal dari sang pendiri perusahaan, tentunya tak mudah mengelola  perusahaan transportasi yang selama ini dikenal sering berhadapan dengan dunia jalanan itu. Ia pun mengalami pahit getir menjalankan perusahaan yang mengandalkan sektor bahan bakar minyak dan kebutuhan mobilitas publik. Tak jarang Rudy harus menghadapi resiko minimnya penghasilan di saat Bahan Bakar Minyak  (BBM) sedang naik.

Tantangan bahan bakar yang naik itu bukan satu-satunya yang harus ia hadapi, apa lagi usaha transportasi yang ia kelola saat ini dibatasi dengan usia kendaraan atau umur pemakaiannya, sehingga harus terus diremajakan de-ngan kendaraan baru. Situasi sulit usaha tinggalan sang ayah ini masih di tambah  dengan membanjirnya kendaraan pribadi dan banyaknya sepeda motor untuk angkutan jarak jauh. Dalam situasi seperti itu, Rudy bersama PO. Munculnya tak pernah patah semangat. Ia pun harus membuat terobosan sistem operasional yang dijalankan berdasarkan  situasi pasar transportasi umum.

Tak jarang Rudy pun harus menjalankan unit busnya hanya50 persen dari 60 armada antar kota antar provinsi yang ia kelola. Baginya, usaha transportasi saat ini mengalami banyak tantangan, meski PO Muncul sendiri diakui punya penumpang militan atau pelanggan setia yang selalu menggunakan armada miliknya. Pahit getir bersama usaha warisan itu, Rudy punya prinsip tersendiri dalam menjalin komunikasi dengan para karyawan. Baginya komunikasi dan mendekatkan karyawan merupakan  bagian yang tak terpisahkan. Konsep itu ia jalankan meski di antara mereka merupakan  pekerja senior dan memulai karir sejak perusahaan yang didirikan orang tuanya  dirintis.