Tahun 2013 merupakan tahun terkelam dalam perjalanan hidup Tutuk Kurniawan. Pengusaha yang telah 40 tahun malang melintang berbisnis di sektor transportasi ini terbelit kasus hukum yang membuatnya nyaris menjadi pesakitan.

Di saat terbelit masalah, tak ada seorang pun yang mau membantunya. Rekan-rekannya sesama pebisnis terkesan takut memberikan bantuan kepada Tutuk. Pun demikian pihak perbankan yang selama ini berhubungan baik dengannya, tak lagi mempercayainya untuk memberikan pinjaman modal. Padahal sebagai pebisnis yang menghidupi ribuan karyawan, dia membutuhkan bantuan modal untuk menjaga bisnisnya terus berjalan. Di masa-masa sulit itu, BPR Weleri Makmur justru mengulurkan tangan untuk membantu Tutuk. Pinjaman Rp 2 miliar yang diajukan Tutuk disetujui oleh BPR Weleri Makmur. Tak pelak hal itu menjadi kenangan manis di benak Tutuk. “Di saat saya mengalami masalah, semua orang takut membantu saya. Di saat seperti itu, BPR Weleri Makmur justru menolong saya dengan memberi pinjaman. Nilainya tidak banyak, tapi seperti setetes air di musim kemarau. Meski sedikit tapi sangat berarti ketimbang sekolam air di musim penghujan,” katanya, berbinar.

Dengan uang pinjaman tersebut, Tutuk mencoba untuk bangkit dari keterpurukan dan memulihkan nama baiknya. Perlahan namun pasti, bisnis dan nama baiknya kembali pulih. Pihak perbankan pun kembali menaruh kepercayaan padanya hingga sekarang.Saat dikunjungi tim WMagz di kantornya, Jalan Telaga Bodas nomor 1, Gajahmungkur, Tutuk sebenarnya tengah cukup sibuk mengurus bisnisnya. Namun dia meluangkan waktunya untuk menerima tim WMagz lantaran teringat dengan kenangan manisnya terhadap BPR Weleri Makmur.

Kepada WMagz, Tutuk menceritakan, kiprahnya dalam bisnis transportasi dimulai dengan mendirikan Surabaya Taxi pada 1 April 1973 silam. Saat itu, armada yang digunakannya masih merupakan armada pinjaman. Lima belas tahun kemudian, tepatnya 27 Desember 1988, dia mendirikan Taxi Atlas. Awalnya, dia hanya mengoperasikan 25 armada. Pada tahun 1996, armadanya mencapai 960 taxi dengan jumlah pengemudi lebih dari 3.600 orang. Saat ini, tak kurang dari 350 armada Taxi Atlas beroperasi di Kota Semarang.

1 Januari 1990, bisnis transportasi Tutuk resmi merambah bandara Ahmad Yani Semarang. Bekerja sama dengan Penerbad, dia mengelola taxi airport yang melayani penumpang pesawat dari dan menuju Bandara Ahmad Yani. Awalnya dia hanya mengoperasikan 74 armada taxi airport. Namun saat ini jumlah armada taxi airport yang beroperasi telah bertambah menjadi 125 armada.Baru-baru ini, Tutuk menandatangani kerjasama dengan pihak penyedia taxi online, Grab, di mana sebanyak 400 armada Taxi Atlas melayani masyarakat yang membutuhkan transportasi murah dan cepat. “Orang harus bersikap realistis dan melihat kondisi yang sedang berjalan. Tidak ada salahnya mengikuti perubahan zaman supaya bisnis yang sudah dibangun selama bertahun-tahun tidak mati,” ujarnya.

Selain taxi, dia juga menjadi operator pengelola Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang koridor 1,2, 5,dan 6 sejak 18 September 2009. Sebanyak 35 dari 85 armada BRT yang beroperasi melayani masyarakat Kota Semarang adalah miliknya.Tutuk menyadari, dalam bisnis apapun selalu ada pasang surut yang dihadapi. Agar dapat meraih kesuksesan, menurutnya seorang pengusaha harus memiliki kapabilitas, karakter dan kolateral yang mumpuni.“Harus ulet, rajin bekerja dan jujur. Jangan sekali-sekali menipu orang. Sekali nipu, habis usahamu yang sudah dibangun bertahun-tahun. Juga harus pantang menyerah dan ojo dumeh,” katanya. [LAU]