Jauh waktu sebelum Eka Soelistya malang melintang ia bekerja ikut orang lain kemudian mendirikan PT. Eka Griya Lestari, ia telah punya kegiatan membudidayakan rumput Manila dan tanaman hiasnya. Salah satu jenis usaha agri itu dibudidayakan di lahan seluas 5 hektare di kawasan Jangli.  Saat itu mengelola usaha sambil sekolah, berbarengan dengan mengelola akuarium air laut dan ikan hias. “Saat itu nilai jual tanah lebih rendah di bawah rumput Manila,” kata Eka. Tepatnya tahun 1973 harga tanah per meter hanya Rp 5 ribu, sedangkan rumput yang ia budidayakan mencapai Rp 7.500 per meter. Ia pun terus mengembangkan lahan hingga mencapai 9 hektare, kemudian menjual ke pengembang asal Jakarta yang hendak mendirikan perumahan di atas lahan miliknya. “Namun perusahaan itu menjual kembali dan karena tersandung masalah kerja sama.” kata Eka mengenang.

Kini tanah bekas miliknya yang telah dijual itu jadi perumahan Grand Candi Gold. Ia sendiri menginvestasikan uang hasil penjualan tanahnya dengan cara membeli di kawasan Beringin kecamatan Ngaliyan  dan memulai mengembangkan perumahan lewat PT Eka Griya Lestari yang didirikan setelah meninggalkan pekerjaannya di Groupnya Toko Ada Swalayan.

Meski tak mudah untuk mengawali usaha properti ini, tak jarang Eka harus menanggung risiko kenaikan bahan baku oleh nilai tukar rupiah yang anjlok pada tahun 1998. Namun berkat keuletannya, kini menjadi salah satu nasabah di BPR Weleri Makmur itu terus mengembangkan usahanya. Dengan prinsip berwirausaha untuk kemaslahatan orang banyak dan menciptakan sesuatu yang tak ada menjadi ada itu, Eka juga membocorkan kunci suksesnya agar tak lengah saat punya penghasilan tinggi. “Bekerja sambil terus belajar, kerja keras dan hidup tak neko-neko,” kata Eka saat mengakhiri perbincangan bersama tim WMagz, awal bulan Februari lalu. ***