Ada ungkapan yang berbunyi “bisnis terbaik adalah hobi yang dibayar”. Maka tak sedikit pengu- saha yang memulai usahanya dari hobi. Namun cerita berbeda justru dialami oleh Taufiq Adi Bowo. Warga Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten ini memulai usaha bukan karena hobi melainkan karena kejeliannya menangkap peluang bisnis produksi telur bebek dan telur puyuh. Sebelum menjajal peruntungan sebagai peternak telur bebek, Bowo, demikian dia akrab disapa, mencari nafkah dari pekerjaan sebagai sopir truk. Setiap malam, Bowo harus begadang untuk mengoperasikan truk dan men- gangkut barang ke berbagai daerah. Dari uang hasil kerjanya, Bowo membelikan bebek petelur untuk dipelihara oleh sang ibu di kandang belakang rumahnya.
“Ternyata hasil jual telur bebek kok sama dengan hasil kerja saya yang tiap malam begadang jadi sopir truk. Dari situ lalu saya memutuskan untuk berhenti jadi sopir truk dan menekuni bisnis ini,” ujarnya. Pilihan Bowo untuk menekuni usaha ternak bebek terbilang nekat lantaran dia sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang teknik beternak bebek petelur. Namun dia tak kehabisan akal. Memanfaatkan kecanggi- han teknologi, Bowo belajar cara berbisnis bebek petelur via You- tube. Jika butuh teman diskusi, dia tak segan bertanya kepada pedagang maupun peternak bebek di pasar. Sebagai peternak pemula, perjalanan bisnis Bowo tidak langsung menuai hasil. Dia sempat mengalami masa di mana telur hasil produksinya tidak laku terjual. Lagi-lagi, dia memanfaat- kan teknologi untuk memasarkan produknya. “Saya jual telur bebek secara online, di paguyuban peternak telur bebek se-Indo- nesia. Dari situ ada pembeli dari Semarang yang berminat dan memesan dalam jumlah besar. Sampai sekarang kalau ambil 3.000 butir per minggu. Yang dari Klaten juga ada yang berminat, tapi skala kecil saja.”Kegigihan dan semangatnya untuk berbisnis membuat usah- anya berkembang dengan pesat. Bebeknya yang semula 300 ekor, berkembang menjadi 800 ekor dan saat ini 1.200 ekor. Semakin besar skala usahanya, Bowo menyadari perlunya membangun kandang baru yang lebih besar. Apalagi lahan belakang rumah orang tuanya tak lagi muat untuk menampung unggas peliharaann- ya. Tanah sawah milik keluargan- ya pun disulap menjadi rumah sekaligus kandang bebek.
Bunga Rendah
Biaya untuk membangun kan- dang baru tidaklah sedikit. Sedangkan omzet yang didapat Bowo harus digunakannya untuk memutar bisnis. Maka Bowo men- gajukan pinjaman di BPR Weleri Makmur cabang Klaten. Dia tertarik menjadi debitur di BPR Weleri Makmur lantaran murahn- ya suku bunga yang ditawarkan. “Bank lain rata-rata menawarkan pinjaman dengan bunga di atas 1 persen. Sedangkan BPR Wel- eri Makmur justru menawarkan bunga di bawah 1 persen. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengajukan pinjaman. Alham- dulillah prosesnya mudah dan cepat. Pinjaman pertama saya Rp 150 juta disetujui dan cair dalam waktu kurang dari seminggu. Jadi saya bisa langsung membangun kandang baru,” ujarnya. Berkat pinjaman modal dari BPR Weleri Makmur, Bowo bisa membangun kandang baru dan merambah bisnis produksi telur puyuh. Bisnis ini dimulainya per awal tahun ini setelah melihat peluang menjanjikan dari penjua- lan telur puyuh. Prediksi Bowo ternyata tepat. Telur puyuh produksinya banyak diminati pembeli dari luar daer- ah. Setiap minggu, Bowo harus menyediakan 25 ribu butir telur puyuh untuk dikirim ke pelang- gannya di Semarang.
Modal awalnya sebanyak 3.000 ekor puyuh, kini berkembang menjadi 10 ribu ekor hanya dalam beberapa bulan. Dalam sebulan, setidaknya Bowo mengantongi omzet Rp 6-7 juta dari penjualan telur bebek, di tambah Rp 8 juta dari penjualan telur puyuh. Belum lagi pemasu- kan dari penjualan daging bebek dan puyuh yang masuk masa afkir. Tak heran, dalam waktu 6 bulan saja, usahanya sudah balik modal. Meski tidak mengawali usaha dari hobi, namun Bowo telah me- nemukan bakat terpendamnya sebagai pengusaha telur bebek dan puyuh. Dan hal ini tidak akan dia ketahui andai saja dia tidak pernah mencoba bisnis ini. [LAU]