BPR Weleri Makmur kembali membuka kantor kas, kali ini di Kaliwungu, Kendal. Lebih tepatnya di Jl. Raya Timur no.84 Kaliwungu, no telp. (0294) 368 1199. Upaya ini dilakukan dalam rangka mempermudah pelayanan kepada nasabah. Selain itu juga BPR Weleri Makmur melihat potensi pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan wilayah, dan juga dalam rangka untuk membantu meningkatkan laju ekonomi daerah.
Kantor kas Kaliwungu melayani nasabah yang hendak melakukan pengajuan kredit, tarik/setor tabungan atau deposito dan juga untuk mendapatkan informasi seputar produk-produk BPR Weleri Makmur baik itu kredit maupun dana. Diharapkan dengan langkah ini dapat mempermudah akses layanan terhadap BPR Weleri Makmur terutama masyarakat Kaliwungu dan sekitarnya.
Leave a reply
Sebagai upaya mendekatkan diri dengan nasabah dan juga sekaligus mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari kami, maka BPR WM membuka kantor cabang di Tegal untuk memperluas jaringan pelayanan kami terhadap nasabah tercinta.
Kantor yang berlokasi di jl. Sultan Agung no.23 Tegal Timur tersebut sudah diresmikan dan beroperasi pada tanggal 11 April 2015. Di sini nasabah bisa mendapatkan pelayanan berupa pembayaran angsuran, permohonan kredit, pembukaan rekening tabungan dan deposito, atau hanya sekedar untuk mendapatkan informasi tentang produk-produk yang ada di BPR WM.
Leave a reply

Bagi H. Riyanto Joko nugroho dan Hj. nur Widayati se, beras tak semata menjadi makanan pokok sehari-hari melainkan juga bagian dalam jalan hidup. meski sudah akrab dengan beras sejak kecil, namun Joko, sapaan Riyanto Joko nugroho, baru merintis usaha jual beli beras ketika kuliah di akademi Pariwisata ambarrukmo, Yogyakarta. dia merintis usahanya dari nol, dengan memasarkan beras ke warung-warung dan pasar tradisional di Yogyakarta.
Keterbatasan uang saku dari orang tua “memaksanya” untuk menekuni bisnis ini. berkat kegigihan dan komitmen Joko dalam menjaga kualitas beras yang dijual, omsetnya pun terus bertambah. Perlahan, pria kelahiran 9 desember 1969 ini mampu memperluas jaringan pemasarannya hingga ke restoran-restoran di Yogyakarta.
Berkat beras pula, Joko berkenalan dengan nur, anak seorang pengusaha penggilingan padi di Yogyakarta. meski tak jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi perlahan benih-benih cinta tumbuh di hati keduanya. Pada 1995, Joko resmi meminang nur sebagai istrinya. bisnis jual beli beras rintisan Joko tetap berlanjut pascamenikah. malah bisnis itu terus tumbuh berkat dukungan sang istri. bagi Joko, nur tak hanya jadi pasangan hidup namun juga partner kerja yang selalu dapat diandalkannya. mulai dari kegiatan produksi hingga pemasaran dilakukan sendiri oleh keduanya. Kepada sang istri, Joko selalu terbuka soal keuangan. Keduanya juga berusaha untuk tidak terlalu terbeban dengan hutang. Hutang yang mereka miliki untuk menjalankan usaha, semata-mata hanya sebagai stimulus supaya lebih giat bekerja. lantaran tidak terbeban hutang-piutang, laba yang didapatkan Joko dan nur dari usaha produksi beras dapat disisihkan untuk memperbesar modal usaha.
“itu sudah komitmen saya dan istri untuk menyisihkan laba dan menambah modal. Karena semakin besar modal yang kita miliki, pangsa pasar bisa dikuasai. Tapi kita juga harus bisa menahan diri. Kalau cash flow rendah, ya tidak usah beli (gabah). Percaya saja, rejeki sudah diatur. Kalau memang rejeki pasti ada jalannya,bendahara Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan beras indonesia (Perpadi) Jawa Tengah ini saat ditemui tim Wmagz di kantornya di desa seyegan, Kelurahan Karanganom, Kecamatan Klaten utara, Kabupaten Klaten, awal Februari lalu.
Menjadi pengusaha penggilingan padi, dikatakan nur, tak melulu menguntungkan. selama masa paceklik seperti saat ini, kualitas beras terbilang buruk, banyak butir padi yang rusak. sedangkan kuantitas sangat terbatas. “Kalau masa seperti ini, gabahnya tidak mesti. Kadang rendemennya tidak bagus, bahkan ada yang isinya kosong. beda dengan saat musim panen, kuantitas berlimpah, dan hasil panenan bagus,” kata salah satu nasabah bPR Wm ini.saat ini Joko dan nur pun tengah dipusingkan dengan belum adanya Harga Patokan Pemerintah (HPP) yang dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo. Padahal, masa panen sudah semakin dekat. lantaran belum ada HPP, maka harga yang berlaku ditentukan dari faktor permintaan dan penawaran pasar.“ini susahnya kalau belum ada HPP. Pengusaha beras menjerit semua. Kami tidak bisa beli gabah dalam partai besar. Padahal petani kalau gabahnya tidak dibeli ya kasihan,” Imbuhnya.
“Disiplin dalam segala hal dan komitmen itu perlu supaya kita dipercaya orang. Cengli, kalau orang Tionghoa bilang. Kalau kita ndak cengli, ndak dapat rezeki,” tandas pria yang juga menjabat sebagai sekjen Paguyuban mitra Kerja bulog solo se- Karesidenan surakarta ini. (lau)
Leave a reply

H. Ali Mashar
Pengusaha Krupuk Rambak Citra rasa
Lulusan D3 Politeknik Undip Semarang ini memang jeli melihat prospek usaha. Itu sebabnya ia berani meninggalkan pekerjaannya di konsultan dan kontraktor, kemudian pilih meneruskan mengembangkan usaha krupuk rambak Citra Rasa milik ibunya, yang terletak di desa Penanggulan, Pegandon, Kendal.
Ditemui di tempat usahanya, H. Ali Mashar mengatakan, dirinya menjalankan usaha ini sebagai generasi kedua dan mulai terjun tahun 1998, namun mulai serius menggeluti baru tahun 2009, sedangkan usaha ini sendiri dimulai sejak 30 tahun silam tepatnya tahun 1984 yang dijalankan oleh ibunya dengan nama Citra Rasa.
“Sebelumnya saya juga bergerak dalam usaha mini market, kemudian saya memutuskan untuk berkonsentrasi pada salah satu bidang usaha saja yaitu usaha krupuk rambak/kulit, di samping sebagai warisan keluarga tentunya”.“Saya full memegang roda usaha ini sejak berhenti dari usaha mini market tahun 2009”, ulang pria yang akrab dipanggil Pak Ali ini ketika dikunjungi tim Wmagz di rumahnya.
“Sementara itu ditanya tentang omset, ayah dua anak ini menjelaskan, untuk omset per bulan 40 juta rupiah untuk krupuknya, sedangkan rambak sayurnya 50 juta rupiah. Dengan menghabiskan 3 kuintal kulit rambak , sedangkan yang sayur mencapai 7 kuintalan. “Kalau soal bahan baku dulu memang ada kendala, namun sekarang tidak lagi setelah punya channel dari luar Jawa seperti dari Sulawesi, sehingga tidak sulit lagi. Bahkan selalu terpenuhi utamanya yang untuk sayur seperti bahan untuk masakan sambel goreng.” “Kalau ada kendala justru terletak pada musim, seperti musim hujan sehingga menghambat pada proses pengeringan, akibatnya juga mempengaruhi proses produksi.” imbuhnya.
“Tetapi meski masih terkendala dalam soal pemasaran yang belum meluas, saya percaya dengan promosi secara getok tular lewat para wisatawan itu akan membantu pemasaran juga”ujarnya.
“Sekarang dalam rangka menghadapi persaingan, saya selalu menjaga kualitas, disamping itu saya menggunakan metode jemput bola, sehingga persaingan itu bisa ditaklukkan dan buktinya sampai sekarang bisa eksis, ditambah lagi sekarang sang istri juga ikut terjun langsung dalam pemasaran.”
Ditanya apa yang mendorong memilih BPR WM sebagai bank untuk memperbesar usahanya, ia mengatakan kalau BPR WM pelayanannya baik, sedangkan kalau ada masalah bisa langsung dihubungi untuk memecahkan masalahnya .“Disamping itu tidak ribet dan bunganya tidak terlalu tinggi, prosesnya juga tidak terlalu lama, sehingga cepat cair. Komunikasinya juga enak dan kekeluargaan banget.” imbuhnya. Ditanya mengenai kunci sukses beliau berujar, “memegang prinsip, bekerja keras, menjaga kualitas, jujur dan kreatif serta tidak lupa berdoa memohon campur tangan Allah SWT, sehingga roda usaha ini terus bias berjalan lancer dan meningkat baik.” Pungkasnya. (tono)
Leave a reply
Banjir Hadiah di HUT 25 WM
Suasana serba merah nan meriah mendominasi salah satu hall di Hotel Gumaya, Jalan Gajah Mada, Semarang. Segenap karyawan BPR WM yang juga berseragam serba merah berdiri berjajar dan menyalami para tamu undangan yang datang menghadiri puncak perayaan ulang tahun perak BPR WM, Minggu (25/1)
Perayaan yang berbalut suasana Tahun Baru Imlek ini dibarengi dengan penarikan undian Tabungan Prima periode I sekaligus gathering antara bank dengan para nasabahnya.
Panitia acara ini, Diyah Lisnawardani mengatakan, sebanyak 200 nasabah diundang untuk mengikuti acara ini. Para nasabah nantinya akan memperebutkan berbagai hadiah yang telah disediakan BPR WM, antara lain, satu unit sepeda motor Honda Vario Techno 125, satu unit iPhone 5S, empat keping emas Antam @ 10 gram, lima unit Samsung Galaxy Tab, dua unit Toshiba LED TV Android dan dua paket wisata ke Bali. Selama penyelenggaraan acara, BPR WM juga membagikan doorprise berupa uang sebesar Rp 250 ribu kepada para undangan.
Berdasarkan hasil pengundian yang dilakukan di hadapan para undangan, nasabah yang berhak mendapatkan Samsung Galaxy Tab adalah Mila Listiyana, Catur Junihartanti, Wirawan Widjaja, Susanna wulandari dan Shienny. Nasabah atas nama Rudy Sugiharto, Dwi Sulistiowati, Arie Titis Bramantyo Hadi dan Setiyadi juga ketiban untung membawa pulang emas Antam @10 gram.
Adapun Budi Sutrisno dan Lilik Boediarti menjadi nasabah yang berhak mendapatkan masing-masing satu unit Toshiba LED TV, dan Linda Munasari sebuah iPhone 5S.
Untuk hadiah berupa paket wisata Bali Safari & Marine Park jatuh kepada Setiyawati dan Amin. Dan hadiah utama, yakni satu unit motor Honda Vario Techno 125 berhasil dimenangkan oleh Poei Gwat Nio.
“Sedangkan bagi nasabah lain yang tidak mendapatkan hadiah tersebut di atas, tetap akan membawa pulang hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 3,3 juta,” kata Diyah.
Sementara itu, Direktur Utama BPR WM, Kerry Thamrim, ST, berharap agar acara ini dapat mempererat hubungan perusahaan dengan nasabah BPR WM di berbagai daerah di Jawa Tengah. “Kami ingin selalu dekat dengan nasabah,” katanya. (Lau)

Leave a reply
Serunya Siswa TK AL Fatah Supriadi di BPR WM
Outing Class
Pagi itu, Kantor Pusat BPR Weleri Makmur, di Ruko Gayamsari no 17-20 Jalan Majapahit, Semarang, tampak lebih ceria dan berwarna. Di beberapa sudut langit-langit ruangan terpasang balon beraneka warna beserta pita warna-warni.
Meja kerja para karyawan yang biasanya menjadi pemandangan utama di lantai 2 kantor ini pun tak lagi mendominasi. Yang ada hanyalah pemandangan mirip aula mini, yang memang sengaja disiapkan untuk menyambut kehadiran 51 siswa TK AL Falah Supriadi. Para siswa ini akan mengikuti kegiatan Outing Class bertema Pengenalan Bank dan Uang yang diselenggarakan BPR WM, Sabtu (6/12) lalu.
Memulai rangkaian acara outing class, para siswa, yang didampingi guru dan orang tuanya, diberi pengenalan tentang lingkungan perbankan, petugas customer service dan teller, pengenalan tentang mata uang dan sejarah uang, games-games menarik, hingga mini banking.
Para siswa tampak begitu antusias mengikuti seluruh rangkaian acara berdurasi 2 jam tersebut. Orang tua dan guru pendamping pun ikut gembira dan bersemangat mengikuti acara tersebut. Para orang tua tampak ikut bernyanyi, menirukan games serta menyimak materi tentang uang dan perbankan yang disampaikan karyawan BPR WM.
“Acara ini bagus, anak jadi paham tentang konsep uang,” kata Ibu Rudi, orang tua dari Kiara, saat ditanya kesannya tentang acara outing class tersebut.
Hal senada diungkapkan Ibu Watik, orang tua dari Keenantia, dan Ibu Yoga, orang tua dari Rasya. Menurut mereka, acara outing class ini dapat memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang cara menabung di bank, sekaligus mengajari siswa untuk berhemat. “Semoga acara seperti ini bisa diadakan setiap tahun,” harapnya.
Kepala Sekolah PAUD, KB, TK Supriadi, Kurniati S.Pd, juga berharap agar kegiatan outing class dapat dilaksanakan setiap tahun. “Materinya mengena sekali pada siswa. Siswa pun tidak hanya mendapat konsep tentang uang dan menabung di bank sebatas teori, tapi di sini siswa juga bisa praktek langsung. Mereka juga jadi mengerti bahwa menabung di bank lebih aman daripada menabung di rumah,” katanya.
Ulang Tahun
Menurut pihak panitia penyelenggara outing class, acara ini diselenggarakan bertepatan dengan ulang tahun BPR WM ke-25, yang jatuh di hari yang sama. Tujuannya, selain merayakan pertambahan usia BPR WM, juga untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perbankan.
Terlebih, per tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan kepada perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya literasi masyarakat tentang perbankan.
Pihak penyelenggara berharap acara outing class ini dapat meningkatkan pemahaman siswa, orang tua, serta masyarakat luas terkait dunai perbankan, serta agar lebih mengenal BPR WM. Rencananya, kegiatan serupa akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang dengan sasaran yang berbeda.
Leave a reply

Ada kejadian menarik pada saat liburan menyambut Hari Raya Idul Fitri 1435 H lalu. Seperti biasa, pekerja rumah tangga mudik berlebaran selama seminggu sehingga semua tugas perawatan rumah terpaksa kami kerjakan secara gotong royong bersama keluarga. Kondisi itu sering terulang hampir setiap tahun, saat kami ditinggal pembantu pulang berlebaran. Tak jarang kami harus ke luar kota “menghindari” pekerjaan rumah yang tidak ringan itu.
Namun mengingat panasnya situasi politik berkaitan dengan pilpres, kami memutuskan lebaran kali ini untuk tetap di Semarang. Kami sekeluarga manfaatkan liburan hari raya dengan membersihkan rumah, termasuk tugas berat gosok kamar mandi hingga merapikan taman.
Kejadian unik terjadi saat kami usai makan malam, Audrey, anak saya yang baru umur 7 tahun langsung ke belakang mencuci piring tanpa disuruh. Setelah mencuci beberapa menit, saya juga ikut ke belakang membantu karena kuatir piring bisa pecah kalo licin nggak kuat pegangnya.
Pendeknya liburan hari raya kami lalui dengan pembagian tugas urus rumah. Saya pun menawarkan pembagian tugas, mulai menyapu, ngepel dan gosok kamar mandi. Berpikir sejenak, Audrey yang dikasih kesempatan memilih dulu, mengambil tugas ngepel lantai dengan semangat. Saya sendiri kebagian yang paling berat: gosok kamar mandi.
Hasil kerja bareng itu pun belum tentu semaksimal sesuai dengan tipe saya yang perfeksionis, termasuk urusan kebersihan rumah. Namun di benak ini muncul pertanyaan, kenapa si kecil mau mengerjakan pekerjaan rumah. Jawabnya pun selalu terulang, hanya karena senang bisa mengerjakan cuci piring dan ngepel itu.
Meski di benak ini agak sulit mencari tahu motif sebenarnya mengapa dia mau melakukan pekerjaan rumah itu dengan senang hati. Saya hanya menduga kemungkinan karena dorongan rasa keingintahuan anak untuk mengerjakan aktivitas baru.
Namun di luar dugaan itu ada hal positif yang saya amati, yakni keikhlasan membantu pekerjaan rumah bagi Audrey tanpa disuruh adalah sebagai sikap inisiatif yang tak kami ketahui motivasi sebenarnya.
Menurut saya, mengambil inisiatif dalam kehidupan sangat penting. Orang yang mengambil inisiatif akan bertindak lebih dulu dan biasanya mempunyai pengaruh yang lebih dibandingkan orang bertindak karena disuruh.
Stephen R. Covey dalam bukunya berjudul 7 Habits of Highly Effective People, menyebutkan bahwa mengambil inisiatif bukan berarti mendesak atau agresif, tetapi sifat dasarnya adalah bertindak. Bukan menjadi sasaran tindakan, yang memberi kita kekuatan untuk “menciptakan” keadaan tertentu.
Sikap Audrey ini sangat menarik bila dikaitkan dengan pekerjaan yang kadang sering mengeluhkan karir. Tak jarang ada yang mengeluhkan juniornya sudah berpangkat lebih tinggi, lalu berprasangka buruk bahwa peningkatan karir tergantung like dislike pimpinan.
Jika direnungkan lebih dalam kita jelas bukan orang yang bodoh, sebagian besar sebetulnya memiliki kompetensi yang memadai namun tidak dipoles. Sayangnya kita hanya menunggu termasuk harus dipanggil untuk dipromosikan. Kebiasaan buruk kita cenderung berpikir akan memoles pekerjaan bila nanti sudah menduduki jabatan tertentu, toh belum dibutuhkan saat ini.
Inilah yang saya maksudkan dengan kurangnya inisiatif, kita hanya menunggu atau menjadi sasaran tindakan. Lalu pertanyaannya mengambil inisiatif seperti apa yang harus dilakukan ?
Yang pertama perlu dilakukan Upgrade diri sendiri, artinya belajar dari mana saja tentang hal yang berkaitan dengan pekerjaan, bidang tugas, bidang usaha perusahaan tempat kita berkarya, perilaku mental positif, perkembangan ekonomi daerah, bahkan kalau perlu sampai persoalan dunia sekali pun. Tentunya masih banyak lagi ilmu pengetahuan lainnya.
Untuk mencapai itu bukan kah kita harus belajar, di sisi lain banyak buku, majalah, surat kabar, website, berinteraksi dengan pelaku bisnis, teman, rekan kerja, menonton tayangan televisi bermutu sebagai media untuk memahami dan belajar. Penting juga ikutilah biografi orang yang sukses, menghadiri training dan seminar bermutu, kalau perlu membayar sendiri seandainya belum difasilitasi perusahaan.
Tujuannya adalah peningkatan pengetahuan, ketrampilan, cara pandang dan wawasan kita sendiri. Semua itu kita lakukan dengan inisiatif sendiri, tanpa perlu disuruh oleh atasan.
Kedua, pengamatan terhadap tugas kita sehari hari. Sudahkah kita selalu bertanya setidaknya kepada diri sendiri, apakah ada yang dapat saya lakukan supaya hasil pekerjaan dapat lebih cepat, lebih akurat, lebih luas dan kalo perlu semua itu dicapai dengan lebih murah.
Apabila ada ide maka segera diskusikan dengan rekan kerja dan atasan kita, karena ide bagus seringkali mucul dari hasil diskusi dengan orang lain. Mulailah dari ide sekecil apa pun. Mengajak diskusi merupakan tindakan inisiatif yang tak hanya memberi perbedaan namun mendapatkan solusi bersama.
Ketiga, berpikir selangkah di atas. Bagi saya mengandai apabila kita duduk di posisi atasan bukan sebagai kesalahan. Mengandai dalam arti positif adalah apa yang seharusnya saya lakukan, bukan apa yang mau saya lakukan? Tolong dibedakan antara “seharusnya” dan “mau”.
Dengan terbiasa berpikir seperti atasan, maka tindakan dan kualitas kerja kita juga akan selangkah lebih maju dibandingkan rekan kerja lainnya. Kita pun akan siap kapan pun mempresentasikan visi kita seandainya diminta.
Nah, apabila kita sudah siapkan diri seperti di atas dan kesempatan promosi tiba, maka tentu kita akan “keliatan” berbeda dibandingkan rekan kerja lainnya sehingga peluang terpilih akan lebih besar.
Yang paling penting di sini adalah jangan sekali kali berharap promosi jabatan dengan cara menjatuhkan orang lain, termasuk menceritakan kejelekan rekan kerja apa lagi atasan sendiri. Kalau ini di lakukan, maka bukan promosi yang kita dapatkan, malahan persepsi negatif kepada kita yang akan merugikan diri sendiri. Jauh lebih baik kita bersaing sehat dengan menunjukkan kemampuan terbaik kita dengan melakukan ketiga hal diatas.
Pertanyaannya apabila belum ada lowongan untuk promosi bagaimana? Nah, dalam situasi seperti ini bukankah kita dapat mengambil inisiatif dengan menciptakan peluang promosi. Caranya mintalah waktu ke pimpinan untuk mengkomunikasikan pemikiran dan pandangan kita tentang sesuatu.
Tentu bila diskusi sering dilakukan dan pemikiran pandangan kita sesuai dengan visi perusahaan, maka pimpinan akan tau mengenai kualitas diri sehingga kita akan lebih diperhatikan.
Bahkan mungkin saja kita dapat mengusulkan jabatan baru yang sebenarnya sangat dibutuhkan namun belum terpikirkan oleh pimpinan perusahaan. Sekarang kita dapat mulai melihat perbedaan yang luar biasa antara orang yang selalu mengambil inisiatif bertindak dengan mereka yang hanya menunggu dan menjadi sasaran tindakan. Bukankah Stephen R. Covey lewat bukunya mengatakan bahwa perbedaannya bukan 50 persen lebih efektif tetapi sampai 5000 persen lebih efektif.
Jadi mulai hari ini, marilah kita selalu mengambil inisiatif dalam hidup ini. Salam Sukses!!!
Penulis Direktur Utama PT. BPR Weleri Makmur
Leave a reply
Inspirasi Tukang Kebun dan Pengembang Perumahan
Eka Soelistya
Keseriusan berwirausaha sejak usia muda membawa Eka Soelistya terus bertahan hingga sekarang. Awalnya ia bersama saudaranya menekuni bisnis landscaping dan gardening serta aquarium air laut, kini ia terus mengembangkan dunia properti yang ia rintis sejak tahun 1996 silam.
Tak mudah bagi pria berusia 66 tahun ini untuk mengawali bisnis properti. Satu tahun setelah ia menjajal usaha perumahan rakyat lewat PT. Eka Griya Lestari yang ia bentuk, saat itu pula ia harus berhadapan dengan krisis ekonomi 1998 yang telah mengguncang segala sektor.
“Termasuk saya. Satu tahun setelah berani memasarkan perumahan, saat itu juga ikut kena imbas,” kata Eka saat ditemui di kediamannya jalan Suyudono 106-108 Kota Semarang.
Namun bukan Eka namanya kalau tidak mampu melewati tantangan berat. Berkat keuletannya pula ia akhirnya mampu bertahan. Kini PT. Eka Griya Lestari telah mengembangkan hingga 400 unit rumah atau melonjak lebih jauh dari awal pembangunan sekitar puluhan.
Bahkan ayah Andrew Soelistya dan Agnes Soelistya ini menargetkan tambahan hunian di kawasan Kelurahan Beringin, Kecamatan Ngaliyan bertambah 500 unit lagi.
“Itu pun karena aturan baru, pengembang minimal menyediakan lahan 120 meter untuk ukuran tipe terkecil,” kata Eka. Kalau tidak, ia memastikan akan menambah sisa lahan menjadi lebih banyak rumah yang bisa dihuni oleh masyarakat luas.
Ihwal menjadi pengusaha properti bukan hal yang mudah bagi Eka. Awalnya ia hanya menikmati sisa penjualan lahan kebun rumput hias miliknya kurang lebih seluas 9 hektar ke pengembang asal Jakarta. Namun akhirnya pengembang asal Jakarta membatalkan usahanya dan akhirnya menjual kembali kawasan yang telah dibelinya kepada Eka. Karena Eka juga tidak memiliki ijin prinsip akhirnya Eka terpaksa menjual lahan tersebut kepada pengembang yang memiliki ijin di lokasi tersebut. Dan Eka dibimbing oleh pengembang tersebut di bidang pengembangan perumahan serta diberikannya perijinannya untuk mengembangkan perumahan di kawasan Kelurahan Beringin. Eka akhirnya mendapat pengganti dengan cara membeli lahan di kawasan kelurahan Beringin seluas 30 hektar dan terus berkembang dengan banyak bangunan hingga sekarang.
Menjadi pengusaha properti yang sukses ternyata tak sesuai dengan latar belakangnya yang banyak berkecimpung sebagai karyawan di dunia pemasaran dan jauh dari usaha pengembang perumahan.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Satya Wacana tahun 1973 itu justru mengawali karier sebagai marketing training di PT. HADI KUSUMO yang bergerak di bidang kosmetik. Sekitar 10 tahun kemudian ia pindah bekerja sebagai marketing manajer di SRI RATU Semarang. Keuletan di perusahaan pasar raya itu telah membawa dia menjadi General Manager yang membawahi sejumlah cabang meliputi Semarang, Purwokerto dan persiapan Kota Pekalongan.
Namun dengan karier yang baik justru Eka ingin mencari tantangan baru, memutuskan keluar dan bekerja di Groupnya Toko Ada Swalayan yang membidangi garmen dan pertokoan. Selama tiga tahun bekerja di perusahaan itu sejak 1993 hingga 1995, Eka memilih keluar dan menjajal usaha sendiri di sektor properti yang tidak pernah ada hubungannya dengan dunia yang sebelumnya ia geluti.
“Saya mengandalkan pengalaman saat bekerja, saat itu belajar banyak dari manajemen perusahaan tempat saya kerja,” katanya.
Kisah Tukang Kebun Menjadi Juragan Properti
Jauh waktu sebelum Eka Soelistya malang melintang ia bekerja ikut orang lain kemudian mendirikan PT. Eka Griya Lestari, ia telah punya kegiatan membudidayakan rumput Manila dan tanaman hiasnya. Salah satu jenis usaha agri itu dibudidayakan di lahan seluas 5 hektare di kawasan Jangli. Saat itu mengelola usaha sambil sekolah, berbarengan dengan mengelola akuarium air laut dan ikan hias. “Saat itu nilai jual tanah lebih rendah di bawah rumput Manila,” kata Eka.
Tepatnya tahun 1973 harga tanah per meter hanya Rp 5 ribu, sedangkan rumput yang ia budidayakan mencapai Rp 7.500 per meter. Ia pun terus mengembangkan lahan hingga mencapai 9 hektare, kemudian menjual ke pengembang asal Jakarta yang hendak mendirikan perumahan di atas lahan miliknya. “Namun perusahaan itu menjual kembali dan karena tersandung masalah kerja sama.” kata Eka mengenang.
Kini tanah bekas miliknya yang telah dijual itu jadi perumahan Grand Candi Gold. Ia sendiri menginvestasikan uang hasil penjualan tanahnya dengan cara membeli di kawasan Beringin kecamatan Ngaliyan dan memulai mengembangkan perumahan lewat PT Eka Griya Lestari yang didirikan setelah meninggalkan pekerjaannya di Groupnya Toko Ada Swalayan.
Meski tak mudah untuk mengawali usaha properti ini, tak jarang Eka harus menanggung risiko kenaikan bahan baku oleh nilai tukar rupiah yang anjlok pada tahun 1998. Namun berkat keuletannya, kini menjadi salah satu nasabah di BPR Weleri Makmur itu terus mengembangkan usahanya.
Dengan prinsip berwirausaha untuk kemaslahatan orang banyak dan menciptakan sesuatu yang tak ada menjadi ada itu, Eka juga membocorkan kunci suksesnya agar tak lengah saat punya penghasilan tinggi. “Bekerja sambil terus belajar, kerja keras dan hidup tak neko-neko,” kata Eka saat mengakhiri perbincangan bersama tim WMagz, awal bulan Februari lalu.
Leave a reply
BPR WM lay
ak berbangga, pasalnya dari 5 kali gelaran penghargaan oleh majalah Infobank bagi pencapaian Bank-Bank di Indonesia, BPR WM sudah 4 kali meraih penilaian “Sangat Bagus”. Penghargaan keempat ini dicapai atas pencapaian Kinerja Keuangan Selama Tahun 2013.
Pencapaian menggembirakan ini merupakan proyeksi dari Visi BPR WM, “Menjadi BPR yang terbaik yang berperan penting dalam mengembangkan perekonomian Jawa Tengah”. Hal ini diaplikasikan dengan senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada seluruh nasabahnya.
Leave a reply

Sebagai salah satu BPR yang berkembang pesat dan mampu bersaing di dunia perbankan, maka di awal tahun ini, tepatnya tanggal 1 Maret 2014 BPR WM kembali membuka kantor cabang baru di kota Sragen. Perekonomian yang terus berkembang di kota Sragen menjadi salah satu alasan pembukaan kantor cabang baru tersebut.
Pembukaan kantor cabang yang terletak di jl. Sukowati 386C tersebut ditandai dengan pengguntingan pita oleh Bapak Hendrardi selaku Direktur PT. BPR Weleri Makmur, dan juga pemberian santunan kepada anak-anak yatim serta pemberian sumbangan ke panti asuhan.
Leave a reply